Minggu, 22 November 2015

SENI TARI




SENI TARI
Tari adalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud, dan pikiran. Bunyi-bunyian yang disebut musik pengiring tari mengatur gerakan penari dan memperkuat maksud yang ingin disampaikan. Gerakan tari berbeda dari gerakan sehari-hari seperti berlari, berjalan, atau bersenam. Menurut jenisnya, tari digolongkan menjadi tari rakyat, tari klasik, dan tari kreasi baru. Dansa adalah tari asal kebudayaan Barat yang dilakukan pasangan pria-wanita dengan berpegangan tangan atau berpelukan sambil diiringi musik.
Jenis dan Bentuk Tari Tunggal Nusantara
Tari tunggal nusantara adalah jenis tari dari Nusantara yang diperagakan oleh seorang penari.Pada dasarnya,istilah tunggal hanya menunjukkan jumlah penari saja. Sementara jenis tarian dapat dimainkan oleh seorang atau lebih penari. Misalnya , Tari Merak bia menjadi tari tunggal, bisa pula menjadi tari berpasangan atau kelompok.Sifat tari tunggal menuju ke arah psikologis yang akan menjadikan seseorang sebagai subjek atau objek dalam suatu kegiatan. Sifat tari tunggal terdiri atas :
  1. Lirik , yaitu tarian yang memusatkan pada subjek atau keadaan diri pribadi, seperti bahagia,atau haru,atau senang.
  2. Epik, yaitu sifat tari yang mengarah pada nilai luar diri, seperti kagum atau manja.
1. Jenis tari Berdasarkan Koreografinya
  • Tari tunggal ( Solo ), Tari tunggal adalah tari yang diperagakan oleh seorang penari, baik laki-laki maupun perempuan. Contohnya tari Golek ( Jawa Tengah )
  • Tari berpasangan ( duet/pas de duex), Tari berpasangan adalah tari yang diperagakan oleh dua orang secara berpasangan. Contohnya tari Topeng (Jawa Barat)
  • Tari kelompok ( Group choreography), Tari kelompok yaitu tari yang diperagakan lebih dari dua orang.
  • Tari kolosal adalah tari yang dilakukan secara massal lebih dari banyak kelompok dan biasanya dilakukan oleh setiap suku bangsa diseluruh daerah Nusantara.
Pengertian Seni Tari
Seni tari adalah seni yang menggunakan gerakan tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu untuk keperluan mengungkapkan perasaan, maksud danpikiran. Tarian merupakan perpaduan dari beberapa unsur yaitu raga, irama, dan rasa.
Tari adalah desakan perasaan manusia di dalam dirinya yang mendorongnya untuk mencari ungkapan yang berupa gerak-gerak yang ritmis. Menurut Corrie Hartong, ahli tari dari Belanda, mengajukan batasan tari yang berbunyi tari adalah gerak-gerak yang diberi bentuk dan ritmis dari badan didalam ruang.
Tari adalah gerakan tubuh sesuai dengan irama yang mengiringinya. Tari juga berarti ungkapan jiwa manusia melalui gerak ritmis, sehingga dapat menimbulkan daya pesona. Yang dimaksud ungkapan jiwa adalah meliputi cetusan rasa dan emosional yang disertai kehendak. Menurut Dr Soedarsono, tari adalah ekspresi jiwa manusia melalui gerak-gerak ritmis yang indah.
Gerakan pada seni tari diiringi dnegan musik untuk mengatur gerakan penari dan menyampaikan pesan yang dimaksud. Seni tari memiliki geraka berbeda dari gerakan sehari-hari seperti berjalan. Gerakan pada tari tidak realistis tetapi ekpresif fan estetis. Agar sebuah tarian harmonis, tarian harus memiliki unsur tersebut. Gerakan seni tari melibatkan anggota badan. Unsur- unsur anggota badan tersebut didalam membentuk gerak tari dapat berdiri sendiri, bergabung ataupun bersambungan.
Tari Tradisional
Tari tradisional adalah sebuah bentuk tarian yang sudah ada sejak zaman dulu dan diwariskan secara turun temurun hingga saat ini. Tarian tradisional biasanya memiliki nilai filosofis, simbolis serta relegius. Semua aturan dari ragam gerak tari tradisional, busana, formasi serta tata riasnya sampai saat ini tidak banyak berubah.
Tari Tradisional Klasik
Tari tradisional klasik merupakan sebuah tarian yang dikembangkan oleh para penari dari kalangan bangsawan istana. Aturan dari tarian ini biasanya bersifat baku atau dengan kata lain tidak boleh diubah lagi. Gerakannya yang anggun serta busananya cenderung mewah menambah nilai tersendiri pada jenis tarian yang satu ini. Namun tarian ini biasanya berfungsi sebagai sarana dalam upacara adat ataupun untuk menyambut tamu kehormatan. misalkan Bedhaya Srimpi (Jawa Tengah), Tari Topeng Kelana (Jawa Barat), Pakarena dan pajaga (Sulawesi Selatan), Sang Hyang (Bali).
Tari Tradisional Kerakyatan
Tarian yang satu ini tumbuh dan berkembang di kalangan rakyat biasa. Gerakannya yang cenderung mudah ditarikan secara bersamaan dan juga iringan musiknya yang bertalu-talu. Busana yang digunakan juga relatif sederhana. Tarian ini biasanya ditarikan ketika ada perayaan yang dijadikan sebagai tari pergaulan. Misalnya payung (Melayu), Jaipongan (Jawa Barat), Lilin (Sumatera Barat)
Tari Kreasi Baru
Tarian ini merupakan sebuah tarian yang cenderung lepas dari standar tarian yang baku. Biasanya lebih merujuk pada kreasi dari para penata tari dan pastinya tetap memelihara nilai artistiknya. Tari kreasi baru sampai saat ini masih terus berkembang, baik sebagai penampilan utama maupun sebagai tarian latar dengan tambahan iringan musik yang semakin bervariasi, sehingga munculah istilah tari modern. Secara garis besar, tari kreasi baru ada dua macam yaitu.
1. Tari Kreasi Baru yang Berpola Tradisi
Yaitu tari kreasi yang dalam pembuatannya dilandasi oleh beberapa kaidah dari tari tradisi, baik dalam musik/karawitan, koreografi, tata rias seta busana, maupun cara pementasannya. Meskipun merupakan tari hasil dari pengembangan, tetapi tetap menjaga dan tidak menghilangkan nilai esensi tradisionalnya.
2. Tari Kreasi Baru Tidak yang Berpola Tradisi
Tari Kreasi yang dalam proses pembuatanya lepas diri dari beberapa pola tradisi baik dalam hal musik, koreografi, tata rias serta busana, maupun cara pementasannya. Meskipun tarian ini tidak menggunakan pola-pola yang ada dalam tarian tradisi, namun juga tak sepenuhnya seperti itu dan terkadang ada yang menggunakan unsur tradisi di dalamnya, tapi sebagai tambahan dan bukan yang inti.
Tari Kontemporer
Gerakan dari tari kontemporer biasanya berbentuk simbolik dan juga terkait pada koreografi yang bercerita dengan gaya yang unik dan penuh penafsiran. Biasanya diperlukan wawasan khusus untuk menikmati jenis tari yang satu ini. iringan musik yang digunakan juga banyak yang kuarang lazim digunakan sebagai lagu pengiring, baik lagu yang sederhana samapi lagu yang menggunakan program musik komputer seperti Flutyloops.
Jika ditinjau dari segi koreografinya, jenis tari dibedakan menjadi beberapa macam dan diantaranya sebagai berikut.
Tari Solo (Tunggal)
Tari tunggal merupakan sebuah tarian yang hanya diperagakan oleh seorang penari saja, baik laki-laki ataupun perempuan. Misalkan tari Golek yang berasal dari Jawa Tengah.
Tari Duet/Berpasangan
Tari berpasangan merupakan sebuah tarian yang diperagakan oleh dua orang secara berpasangan (laki-laki dan perempuan). Misalkan tari Topeng yang berasal dari Jawa Barat.
Tari Kelompok ( Group choreography)
Tari kelompok merupakan sebuah tarian yang diperagakan oleh beberapa orang atau kelompok. Dalam sebuah pertunjukkan tarian (terutama tari kelompok), ada beberapa pola yang digunakan sebagai dasar dari gerakan agar terlihat rapi dan indah, diantaranya sebagai berikut:
1. Pola vertikal
Pada pola vertikal ini, para penari akan membentuk formasi sebuah garis vertikal, yaitu garis yang lurus dari arah depan ke belakang ataupun sebaliknya.
2. Pola Horizontal
Pada pola horizontal ini, para penari akan membentuk formasi sebuah garis horizontal, yaitu garis yang lurus dari arah samping kanan ke arah samping kiri dan sebaliknya.
3. Pola diagonal
Pada pola diagonal ini, para penari akan membentuk formasi sebuah garis menyudut ke arah kanan maupun kiri.
4. Pola melingkar
Pada pola melingkar ini, para penari akan membentuk formasi lingkaran.
Unsur-unsur tari tersebut antara lain gerakan, tema, iringan musik, tata busana, tata rias, properti tari, dan lighting.
Berikut akan kita bahas satu persatu mengenai unsur-unsur tari tersebut. Unsur-Unsur Tari Unsur-unsur Tari
1. Gerakan Gerak merupakan unsur utama dalam sebuah tarian. Gerak tari merupakan serangkaian gerakan anggota tubuh yang memiliki nilai estetis sehingga dapat dinikmati oleh orang lain yang melihatnya. Ada 2 jenis gerak dalam tarian, yaitu gerak maknawi atau gerak yang memiliki sebuah arti atau filosofi (contohnya gerakan pada Tari Serampang Dua Belas), serta gerak murni atau gerak yang sekedar mementingkan nilai estetis (contohnya gerakan pada Tari Saman).
2. Tema Sebuah tarian pasti memiliki suatu tema tertentu. Tema merupakan unsur tari yang tidak bisa dipisahkan. Gerak tari umumnya ditentukan oleh tema tarian tersebut. Begitu pun dengan iringan, tata busana, riasan, dan unsur-unsur tari yang lainnya.
3. Iringan Unsur tari selanjutnya adalah iringan. Iringan dalam sebuah tari bisa berasal dari gerakan tubuh penari lain, dan ada pula yang berasal dari permainan berbagai alat musik atau benda. Iringan tari yang berasal dari gerakan tubuh manusia contohnya hentakan kaki, tepukan tangan, dan suara-suara dari mulut, sedangkan iringan tari berupa permainan alat musik contohnya dari permainan alat musik tradisional atau alat musik modern. Unsur-unsur Tari
4. Setting Panggung Seni tari merupakan cabang dari seni pertunjukan yang pasti membutuhkan ruangan atau tempat untuk pementasannya. Tempat pementasan untuk tarian tradisional misalnya dapat berupa pendopo, panggung, atau di hamparan lapang.
5 dan 6. Tata Busana dan Tata Rias Nuansa atau rasa dari suatu tarian akan semakin kuat bila penari menggunakan busana dan riasan khusus. Unsur tari yang satu ini dianggap sangat penting bagi suatu pertunjukan tari, sehingga sangat jarang sekali, bahkan tidak ada satupun tarian yang penarinya menggunakan kostum biasa atau tanpa dirias terlebih dahulu. Unsur-unsur Tari
7. Properti Di antara unsur-unsur tari yang lainnya, properti merupakan bagian yang paling sering dilupakan. Padahal unsur tari yang satu ini memegang peranan sangat besar bagi terciptanya suatu nuansa dari sebuah tarian. Beberapa contoh properti dari suatu tarian misalnya topeng pada tari topeng kelana, piring pada tari piring asal Sumatera Barat, dan payung pada tari payung.
8. Lighting Pada pertunjukan tari modern, lighting merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dalam sebuah pertunjukan tarian. Unsur ini mampu menguatkan nuansa dan menciptakan rasa tertentu pada tarian yang dipentaskan.
Unsur-unsur seni tari : 1. GERAK(WIRAGA) Gerak merupakan unsur paling pokok dalam seni tari,yang meliputi gerak tubuh dari kaki sampai kepala,gerak yang ditata untuk disesuaikan dengan karakter tokoh yang dibawakan penari. 2.IRAMA(WIRAMA) dalam seni tari,irama membantu penari dalam mengatur gerak dan menguatkan gerak.Irama biasanya dibentuk oleh alat musik dan irama yang disusun harus disesuaikan dengan karakter tokoh yang dibawakan oleh penari. 3.PERASAAN(WIRASA) gerak dalam sebuah tarian harus dapat menjelaskan ekspresi perasaan,seperti marah,sedih,senang sesuai karakter tokoh yang dibawakan. 4.WUJUD(WIRUPA) Rupa atau tampilan tarian harus dapat menjelaskan karakter tokoh yang dibawakan.Tampilan tersebut dapat diwujudkan melalui penataan busana dan tata rias penari.
ini unsur pendukungnya : 1. Gerak Unsur pokok tari adalah gerak, gerak tari merupakan fungsional dari tubuh (gerak bagian kepala, kaki, tangan, dan badan). Fungsi gerak yang dihasilkan oleh tubuh manusia pada dasarnya dapat dibedakan menjadi gerak keseharian, olahraga, gerak bermain, bekerja, dan gerak sehari-hari. Pada khususnya, tari lebih menekankan kepada gerak untuk berkesenian, di mana gerak dalam tari merupakan gerak yang sudah ditata indah. Gerakan bersifat lembut dan mengalir, serta terputus-putus dan tegas merupakan pola gerak yang menjadi ciri pembeda antara gerakan tari putra dan tari putri. Gerak dapat dibedakan menjadi: gerak maknawi, murni atau wantah, imitatif, dan imajinatif. a. Gerak imitatif adalah gerakan tari yang dihasilkan dari eksplorasi gerak tiruan dari alam. b. Gerak imajinatif adalah gerak yang dihasilkan rekayasa manusia. c. Gerak maknawi adalah gerak tari yang mengandung arti atau maksud tertentu. d. Gerak murni adalah gerak yang tidak mengandung arti, tetapi masih mempunyai unsur keindahan atau estetika. 2. Properti Properti adalah semua peralatan yang digunakan untuk pementasan tari. Properti tari pada dasarnya dapat digunakan untuk memberikan keindahan bentuk harapan tari secara baik, agar kesan garapan tari akan lebih sempurna. Penggunaan properti tari harus mempertimbangkan jenis, fungsi, dan asas pakai properti secara baik dan benar. Hal ini dikarenakan proporsi penggunaan properti tari secara mendasar menentukan penguasaan keterampilan penari secara pokok. Kualitas penguasaan penari atas properti tari yang digunakan, menjadi salah satu teknik tari yang dibutuhkan dalam format garapan tari yang berkuaiitas. Properti tari banyak ragam, bentuk, dan jenisnya. Properti yang sering digunakan antara lain meliputi selendang (sampur), kipas, rebana, payung, tongkat, keris, cundrik, pedang, mandau, tombak, gendang, piring, panah, dan Iain-Iain. 3. Iringan Iringan dalam tari adalah pasangan yang serasi dalam membentuk kesan sebuah tarian. Keduanya seiring dan sejalan sehingga hubungannya sangat erat dan dapat membantu gerak lebih teratur dan ritmis. Musik yang dinamis dapat menggugah suasana sehingga mampu membuat penonton memperoleh sentuhan rasa atau pesan tari. Oleh karenanya tari tersebut komunikatif. 4 Tata Busana/Kostum Keberadaan kostum dalam sebuah pertunjukan bersifat mutlak, karena pada dasarnya suatu tarian dapat terungkap dengan sempurna, jikaseluruh unsur pendukung hadir di dalamnya. Salah satu unsur pendukung yang penting dalam suatu tarian adalah tata busana/kostum. Busana tari berfungsi untuk mendukung tema atau isi tari dan untuk memperjelas peranan-peranan dalam suatu sajian tari. Busana tari secara umum terdiri atas baju, celana, kain, selendang, ikat kepala, mahkota, dan Iain-Iain. Tata busana untuk keperluan pementasan tafi biasanya dirancang khusus sesuai dengan tema tarinya. Alternatif bahan untuk pembuat busana tari bermacam-macam, dapat terbuat dari kain, kertas, plastik, daun atau apa saja yang ada di sekitar kita, yang dapat dimanfaatkan untuk bahan busana tari. Dalam tari tradisional, pada umumnya desain busana taritidakjauh berbeda dengan busana adat setempat. 5 Tata Pentas/Panggung Tata pentas adalah penataan pentas untuk mendukung pergeiaran tari. Tata pentas bukap hanya untuk kepentingan pencapaian efek artistik, namun juga berfungsi untuk membantu penciptaan suasana yang terkait dengan konsep tari. Di atas pentas biasanya dilengkapi dengan seperangkat benda-benda dan alat yang berhubungan dengan tari, yang disebut dengan setting. Pentas yang dipahami dalam pengertian tempat menari dikenal dengan istilah panggung yang memiliki dua jenis, yaitu jenis panggung tertutup dan terbuka. Jenis panggung tertutup disebut dengan prosenium. Cirinya para penari atau pemain hanya dapat dilihat dari satu arah pandang. Panggung tertutup berada dalam suatu ruangan yang disebut dengan auditorium. Panggung terbuka adalah panggung yang berada di tempat terbuka dan tidak beratap. Bentuknya bermacam-macam, yaitu berbentuk arena, pendopo, di halaman pura, di halaman rumah atau di lapangan. Ciri panggung terbuka adalah pemain atau penari dapat dilihat dari berbagai arah pandang.

By SMK SENI BUDAYA TASIKMALAYA

SENI KARAWITAN




SENI KARAWITAN
Karawitan adalah seni suara daerah baik vokal atau instrumental yang mempunyai klarifikasi dan perkembangan dari daerahnya itu sendiri. Karawitan di bagi 3, yaitu :
  • Karawitan Sekar,
  • Karawitan Gending,
  • Karawitan Sekar Gending.
Sebelum merambah pada penjelasan pembagian tiga jenis karawitan ini, perlu diketahui bahwa deskripsi karawitan berikut ini lebih difokuskan pada Karawitan Sunda.

Karawitan Sekar

Karawitan Sekar merupakan salah satu bentuk kesenian yang dalam penyajiannya lebih mengutamakan terhadap unsur vokal atau suara manusia. Karawitan sekar sangat mementingkan unsur vokal.

Karawitan Gending

Karawitan Gending merupakan salah satu bentuk kesenian yang dalam penyajiannya lebih mengutamakan unsur instrumental atau alat musik. KARAWITAN VOKAL/SEKARAN
Pengertian
Yang dimksud dengan karawitan vokal atau lebih dikenal dalam karawitan Sunda dengan istilah Sekar ialah seni suara yang dalam substansi dasarnya mempergunakan suara manusia. Tentu saja dalam penampilannya akan berbeda dengan bicara biasa yang juga mempergunakan suara manusia. Sekar merupakan pengolahan yang khusus untuk menimbulkan rasa seni yang sangat erat berhubungan langsung dengan indra pendengaran. Dia sangat erat bersentuhan dengan nada, bunyi atau alat-alat pendukung lainnya yang selalu akrab bertdampingan
Pada kehidupan orang Sunda pada masa lalau sejak mereka lahir secara tidak langsung telah didekatkan dengan alunan sekar. Sejak mereka lahir sang ibu menimang, meninabobokan dengan menggunakan sekar. Dalam mengajak bermain, dalam tahap-tahap mulai belajar bicara, belajar berjalan, sekar sangat sering didengarkan oleh orang tua atau pengasuhnya. Itulah sebabnya lagu-lagu dalam meninabobokan atau ngayun ngambing anak selalu populer dari masa ke masa, dalam arti kelestariannya terlihat karena selalu dilakukan dari generasi ke generasi.
Seperti telah diterangkan di atas, sekar mempunyai kedudukan yang tersendiri dalam kehidupan karawitan, walaupun pada dasarnya sekar berbeda dengan bicara biasa, sekar sangat dekat bahkan terkadang sangat dominant dengan lagam bicara atau dialek. Dialek Cianjur, Garut, Ciamis, Majalengka dalam mengungkapkan percakapan seringkali seolah-olah bermelodi seperti bernyanyi. Oleh karena kesan dialek yang sangat erat itulah kiranya banyak orang luar daerah Sunda yang secara tidak langsung menyebutkan bahwa cara bicara orang Sunda seperti bernyanyi. Memang erat dengan penggunaan kata-kata di dalamnya tetapi kata-kata dalam sekar telah diolah sedemikian rupa sehingga berbentuklah penampilan secara utuh menjadi sebuah komposisi lagu. Dengan demikian, jelaslah bahwa kata dalam kedudukan sekar merupakan salah satu alat pengungkap masalah atau tema yang diketengahkan. Kata yang sama dapat diungkapkan dalam berbagai lagu/melodi, menurut kehendak rasa seni si pencipta itu sendiri. Akan tetapi tanpa disadari bahwa terkadang dalam kehidupan sekar tidak selalu dipergunakan kata secara utuh, sering terdengar suara bunyi dijadikan lagu. Hal ini sering terjadi dalam lagu-lagu tertentu, misalnya hanya mempergunakan bunyi a saja atau nang neng nong atau hm dan lain-lain. Penggunaan kata yang tidak jelas sering didapati apabila bersenandung atau ngahariring/hariring.
Dari kesimpulan itu, dapatlah ditarik beberapa hal yang sangat erat bertalian dengan sekar, yaitu: Lagam bicara dialek adalah khas daerah tertentu dalam berbicara sehari-hari yang dari ungkapannya dapat kita tarik satu garis melodi yang sangat erat bertalian dengan nada. Contoh dapat ditemukan dalam kata Punten, Masya Allah di daerah Cianjur. Khusus untuk lagam bicara ini dalam gending karesmen, sering ditemukan teknik bernyanyi dan lagu yang dipergunakan dalam dialog yang secara utuh mempergunakan lagam bicara. Hanya dalam pengungkapannya dilakukan lagam bicara. Jadi, dia berbicara dalam nada. Sifatnya kebanyakan datar atau melengking tinggi. Lagu yang demikian dikenal dengan sebutan sekar biantara (nyanyian bicara). Dalam pergelaran wayang golek sangat terasa sekali dalam memerankan/antawacana tokoh-tokoh tertentu yang selalu mempergunakan lagu bicara, sangat terasa pula dalam nyandra.
Contoh kata-kata yang sangat lekat dengan lagu dalam lagam bicara antara lain:
a) Pun……ten
b) Sorangan bae yeuh…….!
c) Tunjuk-tunjuk hey, sakali deui…hey!
Dalam pergelaran wayang golek, hal ini akan terasa pada tokoh Semar, misalnya pada biantara di bawah ini:
Aduh aduh ngeran
Sumangga ieu abdi lurah Semar Kudapawana nyanggakeun sembah pangbakti
Ageung alit kalepatan mugia ngahapunten, Ngeran……..
Beberapa sebutan yang berkaitan dengan sekaran
1.1. Ngahariring (Senandung)
Sifat dari ngahariring biasanya dibawakan secara halus sekali, pemakaian kata dalam lagu lebih menonjol kata bunyi. Pengertian halus disini lain sekali dengan dinamika lagu. Halus dalam membawakan hariring adalah makna dari sikap yang cenderung bernyanyi untuk diri sendiri. Ngahariring dalam kehidupan sehari-hari sangat erat hubungannya dengan pengisi jiwa sambil bekerja. Ngahariring dapat bersifat improvisasi ataupun lagu yang telah ada. Kata bekerja lain dari ngaharirirng adalah bersenandung dengan volume suara yang halus, lunak agar penampilannya itu tidak berisik sehingga mengganggu orang lain. Sering pula hal ini terjadi bila seseorang sedang mempelajari lagu yang belum dikuasai. Suasana ngahariring timbul lebih cenderung dalam keadaan gembira sambil bekerja. Dalam penampilannya, ngahariring dapat saja menjadi lain, hal ini tergantung dari kalimat yang dipergunakan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ngahariring adalah bernyanyi hanya ungkapannya lebih dalam untuk diri sendiri atau dengan kata lain kesannya lebih subjektif.
1.2. Ngahaleuang
Pada dasarnya ngahaleuang berarti bernyanyi. Haleuang berarti nyanyian/sekar. Kalau dilihat dari sifat penyajiannya ngahaleuang terasa lebih terbuka, lebih keluar dan lantang. Jadi, pengaruh terhadap surupan itu sendiri sangat kuat sekali. Lagu-lagu Tembang sangat jarang ditafsirkan sebagai ngahaleuang. Dilihat dari tempo lagu, biasanya istilah ngahaleuang banyak mempergunakan tempo sedang.
1.3. Galindeng
Kata Galindeng erat sekali dengan sekar, bahkan sering sekali menunjukan arti suara dari seorang penyanyi yang biasanya lebih tepat pada suara-suara yang empuk, halus. Ngagalindeng artinya suara (nyanyian) yang dibawakan secara penuh perasaan, terutama pada suara-suara (bagian melodi) yang penuh dengan mamanis (kembangan-kembangan)
1.4. Babaung
Penempatan kata babaung adalah tahap kata yang kasar untuk bernyanyi. Biasanya kalau suaranya tidak enak atau membetulkan agar nyanyiannya dilakukan yang benar. Itu pun terbatas pada kelakar atau sindiran tertentu saja, dilakukan pada orang yang lebih muda atau sesama yang sudah akrab.
1.5. Kakawihan dan Tetembangan
Walaupun pada dasarnya Tembang dan Kawih berbeda lagam, pengertian kakawihan dan tetembangan mempunyai arti yang sama. Kakawihan atau Tetembangan ialah menyanyikan lagu dengan cara-cara seenaknya, cenderung mengisi suasana untuk diri sendiri. Sebagai contoh ketika sedang mandi, sedang berdandan, melakukan pekerjaan dan lain-lain. Lagunya yang telah hapal atau sering pula diberi improvisasi-improvisasi spontan.
Pembagian Sekar Menurut Bentuk
Menurut bentuk ditinjau dari penggunaan irama, karawitan sekar dibagi dua bagian besar yaitu : Sekar Irama Merdeka (bebas irama) dan Sekar Tandak (ajeg, tetap)
2.1. Sekar Irama Merdeka
Yang dimaksud dengan sekar irama merdeka ialah sekar (vokal, nyanyian) yang dalam membawakan lagunya tidak terikat oleh irama. Panjang pendeknya dalam membawakan lagu, terutama pada bagian-bagian frase lagu (kenongan, goongan) bebas menurut keinginan juru sekar itu sendiri. Walaupun demikian, bukan berarti bahwa kebebasan itu bisa berlanjut panjang tanpa ketukan sama sekali, ketukan masih tetap ada, hanya sifatnya semu yang bersatu dalam ungkapan perasaan pada waktu membawakan lagunya. Para tokoh tembang lebih cenderung menyebutnya dengan istilah wirahma.
Lagu-lagu yang dibawakan sekar irama merdeka biasanya bersifat lagu anggana (solo) dengan melodi lagu yang masih bisa dikembangkan oleh pribadi-pribadi penyanyi terutama dalam menghias mamanis-mamanisnya. Mamanis-mamanis itu akan terasa pada senggol-senggol atau pedotan kenongan dan goongan lagu. Dikenal beberapa istilah seperti : Leot, Cacag, Galasar, Reureueus, Gedag dan lain-lain.
Materi-materi sekar yang terdapat pada kelompok sekar irama merdeka antara lain: Tembang, Beluk, Kakawen.

2.1.1. Tembang

Tembang Sunda sangat populer sekali dalam masyarakat Sunda. Tembang Sunda dikenal sebagai musik kamar (kamermuziek). Cirri khas dalam iringan tembang Sunda adalah iringan kacapi sulingnya. Pada awalnya Tembang Sunda hidup dalam lingkungan menak-menak (elite). Isi ungkapan yang diketengahkan dalam tembang Sunda antara lain tentang:
a. Sanjungan terhadap leluhur, terutama pada kejayaan dan “tilemnya” kerajaan Pajajaran
b. Keindahan-Keindahan alam Priangan
c. Ungkapan percintaan. Tema percintaan yang diketengahkan banyak gambaran tentang seseorang yang jatuh cinta atau merasa sakit hati karena dikhianati cintanya.
Tembang sangat erat bersentuhan dengan kesusatraan. Satu hal yang paling menojol adalah Pupuh. Ada beberapa pendapat bahwa kehadiran dan perkembangan tembang banyak tali-temalinya dengan pengaruh pupuh yang masuk pada zaman Mataram dahulu. Walaupun demikian, banyak pula yang tidak mempergunakan pupuh sebagai “ugeran” (patokan) untuk rumpakanya (syair lagu), yaitu dengan mempergunakan bentuk papantunan. Bahkan pada perkembangan sekarang, tidak menutup kemungkinan menggunakan sajak-sajak bebas. Dari kekebasan penggunaan rumpaka atau iringan, terbetiklah bentuk lain yang lebih bersifat style (gaya), diantaranya dikenal dengan nama-nama: Papantunan, Jejemplangan, Rarancagan. Sedangkan lagam-lagam dari Tembang Sunda diketahu ada Lagam Cianjura, Ciawian, Cigawiran, Garutan, Sumedangan.
Memang demikianlah bahwa nama daerah itu akhirnya yang menjadi nama dari lagam-lagam itu. Kalau kita lihat dari penyajian karawitan memang terdapat kebedaan-kebedaan yang cukup menyolok. Misalnya saja antara bentuk Cianjuran dan Ciawian. Perbedaannya banyak pula dipengaruhi oleh penggunaan laras. Cianjuran kebanyakan berlaras pelog, sedangkan Ciawian banyak mempergunakan laras salendro. Hal lain banyak terletak pada interpretasi ungkapan lagu. Sekaligus membedakan dalam menempatkan unsure-unsur mamanis didalamnya.
Kalau masyarakat luas lebih banyak mengenal Tembang Cianjuran tentunya bukan berpijak pada nilai-nilai yang terkandung dalam kedua lagam itu, tetapi dari histories penyebarannya, lagam Cianjuran ternyata lebih meluas. Sampai-sampai ada keinginan untuk menyebut tembang Sunda itu sebagai tembang Cianjuran saja.
Beberapa nama lagu dalam Tembang Sunda: Papatet, Mupu Kembang, Jemplang Titi, Liwung, Asmarandana Degung, Jemplang Karang dan lain-lain.
Dalam sekar tembang Sunda Cianjuran, yang menjadi ciri utamanya adalah ornamentasi atau dongkari. Dongkari adalah teknik menghasilkan suara yang diolah dengan cara tertentu guna memberikan mamanis pada lagu. Dalam praktik vokal tembang Sunda Cianjuran, kedudukan dongkari sangat penting karena merupakan dasar utama bagi vokal tembang Sunda Cianjuran. Oleh sebab itu, materi ini perlu diberikan terlebih dahulu sebagai dasar pijakannya. Apabila semua dongkari ini sudah dapat dikuasai dengan baik, maka untuk mempelajari lagu-lagu selanjutnya tidak akan sukar. Sekurang-kurangnya, dongkari dalam vokal tembang Sunda Cianjuran terdiri dari 17 macam yaitu: riak, reureueus, gibeg, kait, inghak, jekluk, rante/beulit, lapis, gedag, leot, buntut, cacag, baledog, kedet, dorong, galasar, dan golosor. Untuk lebih jelasnya, ketujuh belas dongkari tersebut adalah sebagai berikut.
2.1.1.1. Riak
Menurut Kamus Umum Basa Sunda, riak artinya nimbulkeun cahaya nu siga ombak-ombakan (menimbulkan cahaya seperti gelombang). Sedangkan menurut Bakang Abubakar, istilah riak sama dengan istilah ombak banyu yang artinya gelombang air (Sarinah l994:121). Adapun teknik penyuaraan dongkari riak yaitu mengeluarkan getaran suara pada nada yang tetap yang menyerupai gelombang air. Getaran suara dikeluarkan tanpa tekanan, tetapi secara halus tanpa terputus. Contoh: 5 artinya nada 5 (la) dibunyikan dengan halus tanpa terputus menyerupai gelombang air. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lagu Papatet baris pertama, yaitu:
5 . 5 . 5 5 . 5 54 5 . 5451 2
Pa- ja - jaran ka-ri nga- ran
2.1.1.2. Reureueus
Reureueus pada umumnya digunakan oleh para penembang untuk menamakan semua jenis dongkari dalam tembang Sunda Cianjuran. Namun istilah reureueus yang digunakan Euis Komariah memiliki pengertian yang berbeda. Reureueus adalah salah satu macam dongkari yang pada prinsipnya sama dengan riak. Sedikit yang membedakannya yaitu teknik penyuaraan pada dongkari riak tidak mendapat tekanan, sedangkan teknik penyuaraan reureueus yaitu getaran suara yang dikeluarkan pada nada yang tetap mendapat tekanan. Contoh: 5, dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lagu Papatet baris kedua, contoh:
2 15 5 . 5554 3451 2 15 5 22 2 . 2 15
Pangra- ngo geus narik ko- lo - t
2.1.2.3. Gibeg
Gibeg menurut Kamus Umum Basa Sunda artinya yaitu ngobahkeun awak ka gigir make tanaga sarta rikat (menggerakkan badan ke samping dengan gerak cepat). Teknik penyuaraan dongkari gibeg yaitu mengeluarkan suara pada nada yang tetap disertai tekanan, dan dilakukan dengan gerak cepat seolah-olah digibegkeun. Sebagai contoh dapat dilihat pada frase pembuka lagu wanda papantunan, sebagai berikut:

03- 2 2 2 . 1212 2 222 1212 23 . 3 34 3 5

Daweu - eung diajar lu- deu- ng
2.1.2.4. Kait
Kait artinya sama dengan nyangkol yaitu menempel keras karena lilitan tali. Dalam istilah dongkari tembang Sunda Cianjuran, istilah kait mengandung pengertian yaitu gabungan dua buah nada dari nada tinggi ke nada rendah di mana nada pertama dongkari kait menempel/sama dengan nada sebelumnya, kemudian diikuti oleh satu nada yang lebih rendah. Teknik penyuaraannya yaitu bunyi terakhir dari suku kata yang akan diikuti oleh dongkari kait, dibunyikan kembali sebagai jembatan untuk membunyikan suku kata berikutnya. Sebagai contoh dapat dilihat pada frase pembuka lagu wanda papantunan, yaitu:
03- 2 2 2 . 1212 2 222 1212 23 . 3 34 3 5
Daweu - eung diajar lu- deu- ng
2.1.1.5. Inghak
Istilah inghak diambil dari peristiwa menangis yang diterapkan pada dongkari tembang Sunda Cianjuran. Teknik penyuaraannya yaitu pada waktu membunyikan suku kata yang mengandung vokal huruf hidup (a, i, u, e, o), udara sedikit dikeluarkan dengan diberi tekanan sehingga menghasilkan suara yang bunyinya seperti /h/. Diusahakan posisi bibir tidak bergerak saat mengeluarkan udara. Contoh:
03- 2 2 2 . 1212 2 222 1212 23 . 3 34 3 5
Daweu - eung diajar lu- deu- ng
2.1.1.6. Jekluk
Dongkari jekluk yaitu gabungan dua buah nada dari nada rendah ke nada tinggi. Misalnya dari nada 1 ke 5, 4 ke 3. Sebelum membunyikan dongkari jekluk, senantiasa diawali oleh nada yang lebih rendah. Misalnya dari nada 1 ke nada 5, senantiasa diawali dengan nada 2. Dari nada 4 ke nada 3, senantiasa diawali dengan nada 5. Teknik penyuaraan dongkari jekluk harus menggunakan tenaga perut. Contoh, pada lagu Papatet, baris kedua.
02 15 5 . 5554 3451 2 15 5 22 2 . 2 15 .
Pangra- ngo geus narik ko- lo - t
2.2.1.7. Rante/beulit
Dongkari rante/beulit yaitu gabungan dua buah nada atau lebih yang disuarakan dengan cara mengulang nada-nada tersebut sehingga menghasilkan suara yang bila digambarkan menyerupai bentuk spiral atau rante. Contoh dongkari rante/beulit ini bisa dilihat pada lagu Mupu Kembang yang dibawakan oleh A. Tjitjah pada baris kelima, sebagai beriku:
02 15 5 . 4545 4 51 . 2 2 15 5 2 2 2 321
Nya cada - s cada - s ha -re- ra- ng
2.1.1.8. Lapis
Dongkari lapis yaitu penyuaraan satu buah nada yang mengikuti nada sebelumnya. dongkari lapis ini seolah-olah mengulang lagi nada yang sudah dibunyikan oleh dongkari lain. Sebagai contoh bisa dilihat pada lagu Mupu Kembang baris kedua yang dibawakan oleh Euis Komariah, sebagai berikut:
03- 2 2 2 . 1 2 2 2 21 2 . 2 15 0
Angkat ba- ri re- rendenga - n
2.1.1.9. Gedag
Dongkari gedag yaitu menyuarakan satu nada yang tetap dengan mendapat tekanan. Nada tersebut seolah-olah disuarakan dua kali (diulang). Penempatan dongkari gedag senantiasa di awal kata. Sebagai contoh bisa dilihat pada lagu Mupu Kembang baris pertama yang dibawakan oleh Euis Komariah, yaitu
02 2 . 2 2 . 2 2 2 . 12 0
Payung hiji ku dua - an
2.1.1.10. Leot
Dongkari leot yaitu gabungan dua buah nada, dari nada tinggi ke nada rendah misalnya dari nada 5 (la) ke nada 1 (da), nada 2 (mi) ke 3 (na), dan seterusnya. Contoh pada lagu Mupu Kembang baris pertama yaitu:
02 2 . 2 2 . 2 2 2 . 1 2 .
Payung hiji ku dua - an
2.1.1.11. Buntut
Dongkari buntut pada prinsipnya sama dengan dongkari lapis. Perbedaannya terletak pada penempatannya. Kalau dongkari lapis diletakkan di tengah kata dan senantiasa diikuti lagi dengan dongkari lainnya, sedangkan buntut ditempatkan di akhir kata atau kalimat lagu (frase lagu) dan diikuti oleh satu nada yang lebih tinggi. Contoh bisa dilihat pada lagu Mupu Kembang baris keempat dan kelima, sebagai berikut:
03- 2 2 . . 2 2 2 1212 2 1 . 5 5 . 54
Nya keusik - keusik ba-re - n-ti - k
02 15 5 . 5554 3451 2 2 15 5 2 2 2 . 21
Nya ca-da - s cada - s hare - ra - ng
2.1.1.12. Cacag
Dongkari cacag yaitu penyuaraan satu buah nada dengan teknik memberikan tekanan pada nada tersebut secara berulang-ulang dan tidak terputus-putus. Contoh dongkari cacag bisa dilihat pada lagu Jemplang Panganten baris ketujuh.
01 1 222 15 . 3 3 3 3454 23 3454
Kieu ka-ja-di-an- na - na
2.1.1.13. Baledog
Dongkari baledog yaitu gabungan dua buah nada yang disuarakan tanpa tekanan. Dongkari ini senantiasa ditempatkan mengikuti dongkari lainnya seperti gibeg dan gedag. Sebagai contoh bisa didengar pada lagu Mupu Kembang baris kedua, dan Randegan baris kedua yang dibawakan oleh Euis Komariah.
03- 2 2 2 1 2 2 2 212 . 2 15 0
Angkat ba- ri re- rendenga - n
0 3- 2 . 2 1 2 12 . 2 15 0 03-3- 2 3-2 . 2 1
Me -la-------k bako di ba - si - sir
2.1.1.14. Kedet
Dongkari kedet senantiasa ditempatkan di akhir kalimat lagu yang berfungsi untuk madakeun (mengakhiri) lagu. Dongkari ini biasa digunakan dalam lagu wanda jejemplangan. Sebagai contoh bisa dilihat pada frase lagu pembuka wanda jejemplangan berikut ini:
04 4 .4 4 4 34543454 32 . 2 23 . 5
birit leuwi peu - peunta - san
2.1.1.15. Dorong
Dongkari dorong pada dasarnya merupakan dinamika dari suara yang tidak mendapat tekanan menuju nada berikutnya dengan mendapat tekanan. Biasanya dongkari dorong selalu diikuti oleh reureueus. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada lagu Jemplang Panganten baris kedua sebagai berikut:
2 2 2 . 1 2222 15 0
Linta ----------------- ng salira anjeunna
Atau bisa juga dilihat pada lagu Jemplang Cidadap baris kelima sebagai berikut:
02 2 2 2 . 1 2222 15 0
Dirungsi -----------------ng
2.1.1.16. Galasar
Dongkari galasar yaitu gabungan dua atau tiga buah nada yang disuarakan seperti diayun, tanpa terputus, dan mendapat tekanan. Sebagai contoh dapat dilihat pada lagu Jemplang Cidadap baris pertama berikut ini:
4 3 3 3 3333 32 0 3 3454 23 3 3454 4
Alap-ala----------p nyorang tuna
Contoh lain dapat dilihat pada lagu-lagu wanda papantunan, misalnya pada frase pembuka lagu-lagu wanda papantunan berikut ini:
03- 2 2 2 . 1212 2 222 1212 23 . 3 34 3 5
Daweu --------------------ng diajar lu- deu- ng
2.1.1.17. Golosor
Dongkari golosor yaitu gabungan beberapa nada dengan teknik penyuaraan tanpa tekanan. Wilayah nadanya yaitu dari nada tinggi menuju ke nada rendah. Sebagai contoh bisa dilihat pada lagu Rajamantri baris keenam, yaitu:
3 .2 34545 5
Hanja------kal saumur-umur
Contoh tulisan Lagu Tembang :
2.1.2. Beluk
Karawitan sekar beluk ini sudah langka sekali. Beluk lebih dikenal pada upacara selamatan 40 hari bagi bayi yang baru dilahirkan. Beluk sangat erat dengan pergelaran nembang wawacan. Memang pada dasarnya kesenian beluk hanya menembangkan cerita dalam wawacan yang tersusun ceritanya dalam bentuk puisi terutama pupuh. Wawacan adalah cerita yang disusun menggunakan pupuh dengan maksud untuk dinyanyikan atau didangdingkeun.
Teknik penyajian beluk dibantu oleh juru ilo. Juru ilo dalah orang yang membacakan cerita dalam bentuk prosa (membaca biasa) yang ditujukan kepada penembang beluk untuk bahan kata-kata yang akan dinyanyikannya. Secara spontan dan penuh variasi, juru beluk menyanyikan kata-kata itu. Frekwensi nada yang digunakan adalah nada yang tinggi sehiingga semakin mahir bermain lagu dalam nada-nada yang tinggii makin tinggilah kemampuan ki juru beluk itu.
Teknik bersuara banyak mempergunakan nasal hidung (sengau). Kata-kata yang dinyanyikan sebenarnya kurang begitu jelas terucapkan karena yang lebih penting bagi pendengar adalah teknik-teknik bernyanyinya itu sendiri. Kalau mereka ingin tahu tentang kata-katanya, sebelum dinyanyikan telah disebutkan secara jelas oleh juru ilo.
Beluk sudah dianggap sebagai kesenian buhun (kolot, tua, lama). Penggunaan sekar irama merdekanya memberikan cirri yang tersendiri dari bentuk kesenian rakyat sebab kebanyakan lagu-lagu rakyat Pasundan banyak mempergunakan irama tandak (terikat)
Kalau dilihat dari penyajiannya, dimana ada unsur cerita yang dinyanyikan, maka mungkin sekali dasar-dasar “gending karesmen” di dalam karawitan Sunda banyak berpijak dari perkembangan beluk dengan nembang wawacannya.
2.1.3. Kakawen
kakawen lebih dikenal sebagai nyanyian ki dalang pada waktu pergelaran wayang. Isi kakawen antara lain banyak mengisahkan tentang pergantian babak cerita, karakter tokoh wayang, kemarahan-kemarahan, kedatangan tamu dan kekuatan tokoh wayang dalam mengunggulkan dirinya, misalnya pada ajimat-ajimatnya atau kekuatan lainnya. Pada dasarnya kakawen banyak mempergunakan irama bebas merdeka. Hanya pada bagian-bagian tertentu sajalah terdapat bentuk yang tandak. Inipun masih tidak utuh sebab perpaduan panjang pendeknya lagu masih tergantung kepada ki juru dalang itu sendiri.
Pengaruh kakawen masuk pula secara utuh pada Tembang Sunda lagam Cianjuran. Hanya namanya sudah bukan kakawen lagi melainkan dengan nama sebrakan. Sebrakan ini dinyanyikan setelah lagu dalam laras pelog dan sorog/madenda telah selesai atau disajikan secara khusus.
Motif-motif sekar irama merdeka pada pergelaran wayang digunakan pula oleh beberapa tokoh wayang tertentu yang dalam bicaranya dibawakan dengan lagu, seperti untuk tokoh Semar, Rahwana, Dursasana (patet yang digunakan patet Nem), Sangkuni, Togog, Narada (patet yang digunakan patet Manyura). Hal seperti ini disebut antawacana berlagu.
Dalam penyajiannya, kakawen dapat dibeda-bedakan menjadi
a. Murwa
Adalah sekaran permulaan yang dibawakan dalang dengan rumpaka/bahasa Kawi atau pujangga. (Kakawi-an menjadi Kakawen)
Pada prakteknya Murwa terbagi atas
(1) Murwa Umum
Murwa yang dapat dipergunakan untuk bermacam-macam adegan/jejeran, seperti:
Dene utamaning nata
Berbudi bawa laksana
Lire berbudi mangkana
Lela legawa ing dria
Agung denya paring dana
Anggeganjar saban dina
Lire kang bawa laksana
Anatepi pangandika
(2) Murwa Khusus
Murwa yang hanya digunakan khusus untuk suatu adegan/jejeran. Contohnya:
Lengleng ramya nikang, sasangka kum,enyar mangrenge rumning puri
Mangkin tanpa siring, haleb nikang umah, mas lwir nurub ing langit.
Tekwan sarwa manik, tawingnya sinawung sasat sekar sinuji
Ungwan Banowati ywuna amren lalangen nwang nata Duryudana
b. Nyandra
Prolog dalang yang menggambarkan situasi/keadaan sifat, watak, tata hidup dan kehidupan raja dan masyarakatnya dengan segala yang digarapnya dan sebagainya, contoh:
Sri Nalendra ajujuluk ………(.nama raja yang bersangkutan dari suatu Negara)
Mila kinarya bubukaning carita
Jalaran nagri panjang punjung
Pasirwukir loh jinawi
Gemah ripah kerta raharja
c. Renggan
Sekaran dengan rumpaka yang bertemakan gambaran suatu keadaan yang sedang dihadapi agar lebih jelas dan lebih indah didengar, contoh:
Kayu Agung babar wite
Samia rembel gogonge samia rogol yan pangrange
Sekar mekar ing galihe pandele si pandan arum
d. Sendon
Sekaran yang mempergunakan rumpaka untuk menggambarkan adegan sedih/kesedihan, contoh:
Rebeng rebeng cinanda layan kaherin
Wis pinandak perlambange
Perlambang simungkumi
2.2. Sekar Tandak
Sekar tandak ialah nyanyian yang terikat oleh ketentuan-ketentuan ketukan dan matra (wiletan, gatra). Dari ikatan ketukan dan matra-matra banyak berdampingan dengan irama lagu yang dipergunakan. Peraturan-peraturan itu sudah merupakan kaidah tersendiri dari bentuk paduan tandak di antara sekar dan gending. Adapun lagu-lagu dalam ragam sekar tandak dapat kita ketahui sebagai berikut.
(1) Sindenan
Kata Sindenan lebih dikenal pada pergelaran wayang dan kiliningan. Disebut sindenan karena yang membawakannya biasa disebut sinden (waranggana, penyanyi wanita). Lagu-lagu yang dibawakan banyak berpangkal pada bentuk klasik dan tradisional. Walaupun demikian, kreasi-kreasi baru banyak pula dibawakan walaupun dalam beberapa hal telah sedikit berubah warnanya. Perubahan itu sebenarnya banyak dipengaruhi oleh teknik warna suara yang telah khas pada tiap pesinden. Kebanyakan lagu-lagu sinden adalah lagu anggana. Kalau ada beberapa yang bersifat rampak biasanya bersifat kreasi saja. Dalam beberapa penampilan tertentu sindenan mempunyai lagam daerah tersendiri. Lagam itu lebih cenderung disebut pula sebagai gaya (style). Ada dua bagian besar gaya dalam kepesindenan, yaitu: gaya Priangan dan gaya Kaleran.
Yang dimaksud dengan gaya Priangan adalah yang melingkupi daerah Bandung dan sekitarnya, termasuk Priangan Timur. Daerah kaleran antara lain daerah-daerah pesisir utara, seperti Cirebon, Subang dan Karawang.
Salah satu perbedaan yang paling jelas bila kita bandingkan dengan daerah Priangan adalah dalam senggol, dialek dan laras-larasnya. Mengenai hal laras, sindenan gaya Cirebon lebih banyak mempergunakan lagu laras pelog surupan sorog dengan patet Manyuro. Perbedaannya dengan gaya Karawangan banyak terletak pada dialek bahasa dan pada senggol-senggol yang lebih sederhana. Perbedaan dalam senggol terkenal dengan istilah buntut dan buntet. Priangan pada akhir lagu selalu panjang (buntut), sedangkan rata-rata pada senggol kaleran (Subang, Karawang) lebih pendek (buntet). Tetapi karena adanya pembauran, maka sekarang sudah sangat sukar dibedakannya karena baik Cirebon, Karawang maupun Subang sudah melihat Bandung sebagai barometernya. Secara langsung mereka kehilangan kekhasannya. Sebaliknya gaya Prianganpun banyak pula berakibat pada gaya kaleran, terutama Karawang yang lebih banyak diwarnai dengan iringan tepak jaipongan.
Pada dasarnya lagu-lagu sinden banyak mempergunakan laras salendro. Lagu-lagu ageng yang pertama mereka pelajari kebanyakan lagu lagu ageng yang berlaras salendro. Mungkin hal ini disebabkan oleh beberapa pendapat di kalangan para nayaga yang menyebutkan bahwa salendro merupakan “rajana laras”
Satu hal yang tidak bisa dikesampingkan ialah lagu-lagu sindenan selalu diiringi dengan gamelan salendro. Walaupun dalam beberapa hal dibawakan lagu yang tidak berlaras salendro, pirigan (iringan) tetap menggunakan laras salendro dengan mengambil jalur tumbuk. Tumbuk ialah nada-nada yang sama dari laras yang berbeda. Nama-nama lagu sindenan antara lain : Macan Ucul, Senggot, Kulu Kulu Bem, Tablo, Gawil, Kawitan, Badaya, Papalayon Ciamis dan lain sebagainya
Contoh tulisan lagu sindenan:
(2) Kawih
Salah satu lagam dari khazanah seni suara Sunda. Pengertian kawih pada mulanya sama dengan sindenan, tetapi perkembangan memecah kedudukan yang berbeda antara kawih dan sindenan. Perbedaan itu bukan saja terletak pada pergelaran dan teknik-teknik bernyanyi saja, melainkan juga lingkunganna.
Menurut pengamatan yang bersumber pada buku Siksa Kandanf Karesian tahun 1518, masyarakat Sunda telah mengenal kawih dahulu sebelum tembang (pupuh) masuk pada zaman Mataram (abad XVI). Cuplikan dari buku itu mengatakan bahwa telah dikenal bermacam-macam kawih, anatara lain:
Ø Kawih Tangtung
Ø Kawih Panjang
Ø Kawih Lalangunan
Ø Kawih Bongbongkaso
Ø Kawih Parerane
Ø Kawih Sisindiran
Ø Kawih Bwatuha
Ø Kawih Babatranan
Ø Kawih Porod Eurih
Ø Kawih Sasambatan
Ø Kawih Igel-igelan
Ahli seni suara biasa disebut paraguna. Jelaslah bahwa lagam kawih jauh telah lama hidup dalam khazanah karawitan Sunda. Masalahnya sekarang bahwa hal yang tertera di atas hanya merupakan nama saja karena sudah sangat jarang sekali orang-orang yang tahu tentang lagu-lagu kawih yang disebutkan tadi.
Lagu-lagu kawih lebih banyak berorientasi pada lagu-lagu perkembangan (kreasi baru), sedangkan pada lagu sindenan adalah lagu-lagu klasik dan tradisional. Memang yang paling menonjol sekarang pada kawih ialah segi perkembangan lagu-lagu barunya. Lagu-lagu itu lebih banyak bergerak pada lingkungan pendidikan dan kaum remaja tertentu. Hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan, dimana lagu-lagu kawih banyak diciptakan oleh para juru sanggi (komponis) secara khusus untuk kebutuhan program pengajaran. Tokoh-tokoh seperti Rd. Machyar Anggakusumadinata, Mang Koko, OK Jaman, Ujo Ngalagena, Nano. S dan lain-lain membuat buu-buku pelajaran seni suar dalam bentuk kawih.
Kawih berkembang bukan pada bentuk anggana saja, melainkan mulai berkembang pula pada bentuk-bentuk lain, yaitu dengan bentuk-bentuk paduan suara.
Kawih mempunyai “sejak” yang tersendiri. Hal ini bisa kita perhatikan dari pergelarannya, iringannya dan teknik bernyanyi termasuk didalamnya pemanis-pemanis. Laras-laras kawih dalam lagu-lagu remaja kebanyakan berlaras pelog dan madenda. Laras salendro terasa sangat jarang sekali. Hal ini banyak bersumber pada kreativitas para juru sangginya yang memang sangat jarang menciptakan lagu-lagu dalam laras salendro. Lagam kawih yang terdapat pada tembang adalah pada lagu panambih (ekstra). Lagu panambih adalah lagu tambahan setelah sekar irama merdeka, irama yang dipergunakan tandak. Perbedaan yang menyolok hanya soal surupan saja, dimana kalau tembang surupan rendah (da = G), sedangkan kalau lagam kawih lebih tinggi surupannya (da = A = 440 Hz).
(3) Ketuk Tilu
Lagu-lagunya kebanyakan berirama tandak. Cirri khas dari lagu ketuk tilu adalah dalam iringannya serta melodi lagu yang melengking tinggi dengan warna suar penyanyi wanita yang lincah segar. Keunikan dari penampilan lagu ketuk tilu banyak diwarnai pula dengan kehadiran senggak. Ketuk tilu tanpa senggak rasanya sepi sekali. Keakraban ini telah menjalin suatu warna yang khas yang memberikan warna kemeriahan dan suasana pedesaan (lembur). Senggak adalah suara manusia yang tidak beraturan untuk meramaikan suasana.
Laras-laras yang dipergunakan dalam lagu ketuk tilu kebanyakan laras salendro. Sangat sedikit sekali yang mempergunakanlaras pelog atau madenda. Laras salendro dipergunakan pada ketuk tilu, semarak membawa warna pedesaan, dimana lagu-lagu rakyat banyak dihias dengan warna-warna salendro. Lagu-lagu ketuk tilu buhun sampai kini tetap lestari, tetapi dalam perkembangan akhir-akhir ini banyak lagu-lagu ketuk tilu yang diubah larasnya ke dalam laras degung dan sekaligus diiringi gamelan degung. Tentu saja dalam penjiwaannya kurang sesuai karena lingkungan degung dan ketuk tilu jauh berbeda. Tetapi karena beberapa hal, antara lain rumpaka, teknik menyanyikan, surupan sudah sedemikian rupa diolah ke dalam bentuk kawih, maka tidak jarang orang menganggap seolah-olah lagu itu merupakan ciptaan baru. Nama-nama lagu ketuk tilu yang populer dan terkenal sampai sekarang, antara lain : Polostomo, Geboy, Gaya, Cikeruhan, Bardin.
Penyanyi ketuk tilu mempunyai keistimewaan tersendiri, yaitu mereka harus bisa bernyanyi sambil menari (panggilannya disebut; Ronggeng). Isi lagu-lagu ketuk tilu banyak mengetengahkan sindiran-sindiran cinta atau pikatan supaya “seseorang” mmberi imbalan materi. Dahulu penyanyi ketuk tilu biasa disebut Ronggeng/Doger. Istilah ini kini jarang dipakai, mungkin karena sebutan itu sendiri sedikit berbau/menyerempet tata susila moral tertentu
Contoh tulisan lagu ketuk tilu
(4) Lagu Indria
Biasa pula disebut sekar dolanan atau lagu dolanan untuk anak-anak. Secara tradisi lagu-lagu anak banyak terungkap dalam lagu-lagu kaulinan urang lembur. Lagunya dinamis dan sangat akrab dengan gerak. Bahkan dari keakraban itu sendiri berkembang menjadi permainan anak-anak. Pada kesenggangan sore hari, mereka berkumpul, bernyanyi dan bermain. Lagu-lagu yang terkenal seperti Cing cangkeling, Perepet Jengkol, Sasalimpetan, Slep Dur dan lainnya, kebanyakan berlaras Salendro.
Pada perkembangan selanjutnya, lagu anak-anak banyak yang merupakan sanggian-sanggian baru. Laras-laras yang dipergunakan sudah tidak lagi dominant oleh laras salendro saja, tetapi pelog, madenda dan degungpun masuk didalamnya. Bahkan dari jumlah buku-buku nyanyian yang pernah diterbitkan, kebanyakan berupa lagu anak-anak, seperti: Kawih Murangkalih, Sari Arum sanggian Rd. Machyar Anggakusumadinata, Resep Mamaos, Taman cangkurileung, Seni suara Sunda, Sekar Mayang, Bincarung sanggian mang Koko, Sekar Ligar kumpulan uUo Ngalagena. Tercatat khusus untuk kegiatan lagu kawih anak-anak, Mang Koko membuat Yayasan Cangkurileung yang anggota-anggotanya terdiri dari murid-murid sekolah dasar dan lanjutan di seluruh Jawa Barat, setelah mang Koko meninggal dunia kegiatan di sekolah-sekolah dasar dan lanjutan menjadi berkurang.
Beberapa cirri tertentu dari lagu anak-anak, antara lain:
A. Melodi dan Ritme yang sederhana
B. Jangkauan interval suara dan tinggi rendah nada yang terbatas
C. Tema lagu yang banyak berorientasi pada kehidupan anak-anak, seperti permainan, kebersihan, sopan santun dan lain-lain.
Khusus untuk lagu-lagu permainan Mang Koko dan MO Koesman mengolah secara khusus dalam buku Taman Bincarung dengan laras yang dipergunakan salendro. Dalam buku ini selain mereka belajar lagu juga diajarkan teknik permainan yang bersumber dari tema lagu. Istilah yang dipakai disebut Gerak Indriya Bincarung.
Selain bentuk-bentuk kawih dalam lagu anak-anak, juga lagu pupuh yang berjumlah 17, diajarkan sebagai dasar-dasar tembang Sunda. Kebanyakan pupuh-pupuh itu dalam bentuk rancagan, artinya tidak banyak diberi variasi seperti halnya lagu-lagu tembang yang lain.
Contoh tulisan lagu Indriya:
(5) Lagu-Lagu Rakyat
Lagu yang telah merakyat dan populer di masyarakat. Masalahnya sekarang akan batas kurun waktu. Umpamanya berapa tahun lagu itu bisa digolongkan sebagai lagu rakyat. Memang diketahui bahwa kebanyakan lagu-lagu rakyat anonim dan telah lama hidupnya. Ada pula yang diketahui pengarangnya, diketahui populernya lagu itu dan kini telah menjelma menjadi sebutan lagu rakyat. Dengan demikian, kurun waktu untuk pengertian lagu-lagu rakyat bukan merupakan suatu jaminan sebab banyak lagu-lagu yang telah lama justru hilang dan tidak diketahui oleh umum.
Kebanyakan lagu-lagu rakyat hidup di kalangan lagu anak-anak. Lagu ini seiring dengan gerak-gerak permainan. Lagu-lagu rakyat biasanya lebih sederhana, tidak berliku-liku dalam melodinya. Sifatnya spontan. Gambaran lagu kalau dilihat dari tema-temany adalah permainan, kelakuan seseorang, perjuangan dan lain-lain. Dalam beberapa hal sering didapati bahwa kata-katanya itu tidak diketahui/dimengerti. Lagu-lagu rakyat Sunda banyak yang tidak diketahui maksudnya. Bahkan generasi sekarang hanya mengenal lagunya saja, tanpa mengetahui isi dari kata-katanya.
Di kota-kota besar lagu-lagu rakyat itu sudah sangat jarang diketahui oleh anak-anak. Mungkin dalam beberapa hal mereka merasa asing. Kalaupun ada, mereka mendengar dari hasil rekaman yang telah banyak diolah ke dalam tangga nada diatonis. Apa yang sering dikumandangkan oleh remaja-remaja sekarang tentang lagu rakyat pengolahannya sudah diatonis. Dari penampilan mereka terkadang dirasakan menjadi sangat asing, karena interpretasi mereka terhadap lagu rakyatnya sudah sangat lain sekali. Kelainan mereka itu mungkin karena dua hal. Pertama karena tangga nadanya sudah diatonis, kedua karena mereka hanya tahu dari mulut ke mulut tanpa mempelajari secara khusus dengan pengertiannya sekaligus.
Lagu-lagu rakyat yang masih populer hingga sekarang antara lain: Cing cangkeling, Ayang-ayang gung, Pacublek-cublek uang, Ambil-ambilan, Sorban Palid, Es Lilin, Warung Pojok dan lain sebagainya..
Kebanyakan dari lagu-lagu rakyat yang erat hubungannya dengan gerak-gerak dan permainan, mempergunakan laras salendro, sedangkan beberapa lagu yang sebenarnya tidak erat dengan permainan mempergunakan laras pelog atau madenda.
Lagu-lagu rakyat akan terus berkembang selama para kreatornya terus berkreasi. Hanya mungkin dari sekian jumlah ciptaannya paling-paling hanya beberapa buah saja yang akan sangat populer dan merakyat di masyarakat. Contohnya lagu Es Lilin dan Warung Pojok yang bisa menembus untuk diakui sebagai lagu rakyat (Lagu-lagu ini diketahui penciptanya).
(6) Lagu Pupujian
Lagu berbentuk syair berisi tentang pengajaran agama Islam, nasihat, puji kepada Allah, salawat untuk serta do’a, Lagu pupujian tanpa menggunakan iringan sering dibawakan di masjid atau madrasah, biasa sebelum dilaksanakan shalat, ceramah dan kegiatan lainnya. Saat ini lagu-lagu pupujian berbahasa Sunda (Tagoni, Qasidah) telah berkembang pesat dengan bentuk dan nama yang baru seperti “Nasyid”, penyajiaanya tidak hanya di masjid atau madrasah, tetapi telah pula ditempat-tempat keramaian, termasuk dalam perayaan keagamaan, khitanan, pernikahan dan lain sebagainya. Mang Koko dengan Rumpaka dari RAF banyak membuat lagu-lagu Pupujian ini, seperti lagu Hamdan, Ajilu, Shalawat Bani Hasim, dsbnya.
Penyajian Sekar
Berdasarkan kepada penyajiannya, sekar dapat dibagi menjadi: Anggana Sekar, Rampak Sekar, Layeutan Suara, Sekar Catur, Drama Suara.
3.1. Anggana Sekar
Sekar yang dibawakan oleh satu orang. Penyanyi sekar secara mandiri ini bermacam-macam namanya; dalam Tembang disebut Juru Mamaos atau Penembang, dalam kawih biasa disebut juga Juru Sekar/Juru Kawih, dalam kiliningan biasa disebut Sinden, dan pada Ketuk Tilu Buhun disebut Ronggeng. Nama-nama itu adalah nama-nama yang mandiri dan biasanya ditujukan kepada penyanyi wanita. Penyanyi pria lebih dikenal dengan sebutan Wira Swara.
Lagu-lagu klasik kebanyakan bersifat anggana, jarang sekali dibawakan secara bersama, kecuali telah mendapat sentuhan kreatifitas untuk disajikan menjadi bentuk lain. Keistimewaan lagu-lagu anggana adalah kebebasan dalam berimprovisasi, terutama dalam pengisian mamanis/ornament/dongkari. Makin tinggi teknik-teknik dalam pengolahan sekar, maka makin semaraklah lagu itu. Tentu saja dalam beberapa hal harus diperhatikan adu manisnya agar dalam mengolah lagu itu tidak menjadi berlebihan.
3.2. Rampak Sekar
Nyanyian yang sama dalam satu tahap suara dibawakan bersama-sama. Rampak Sekar sangat populer pada lagu-lagu Kawih. Lingkungan yang banyak mengetengahkan lagu-lagu rampak sekar adalah para pelajar. Hal ini sebenarnya berlanjut dari system klasikal dalam pelajaran bernyanyi di kelas. Sebelum mengenal istilah rampak sekar (Rampak=Bersama, Sekar=Nyanyian) terlebih dahulu dikenal istilah Panembrama. Pada dasarnya rampak sekar maupun panembrama sama saja. Lagu yang dibawakan satu tahap suara. Perbedaan hanya terletak pada pemilihan lagu-lagunya. Dalam Panembrama jiwa lagunya kebanyakan mengambil lagu-lagu yang mempunyai gerakan anca, isi rumpakanya menggambarkan kegembiraan, ucapan selamat kepada para tamu dan maksud dari diselenggarakan pergelaran. Lagunya antara lain Kadewan.
Dalam rampak sekar tema lagu dan sanggiannya lebih berpariasi, bisa bernafaskan kepahlawanan, cinta tanah air, keindahan alam dan lain sebagainya. Istilah Karatagan (Mars) sering digunakan mengawali judul lagu untuk menggambarkan tema kepahlawanan.
Rampak Sekar kebanyakan diiringi dengan waditra Kacapi, apabila menggunakan iringan gamelan maka biasa disebut Gerongan.
Contoh tulisan lagu Rampak Sekar
3.3. Layeutan Swara
Karena pada mulanya rampak sekar itu merupakan lagu yang dibawakan dalam satu tahap suara saja, maka perkembangan kreasi baru terasa menuntut lain tentang pengertian ini. Apa yang dikatakan rampak sekar sekarang sudah tidak lagi mengetengahkan satu tahap suara saja, tetapi sudah berkembang menjadi dua tahap, tiga tahap bahkan empat tahap suara. Untuk bentuk penyajian lagu yang demikian maka lahirlah istilah Layeutan Suara. Istilah ini banyak dipopulerkan oleh kreasi-kreasi Mang Koko. Layeutan Suara identik dengan istilah Paduan Suara dalam musik.
Jumlah peserta layeutan suara dapat berjumlah dari 10 orang sampai 30 orang. Jumlah itu tidak tetap, bisa dikembangkan menurut kebutuhannya. Pada perkembangan sekarang, lagu-lagu Sunda sudah bisa diketengahkan dalam suatu aubade, dimana jumlah penyanyinya bisa mencapai ratusan bahkan ribuan. Untuk istilah layeutan suara, Pak Machyar Anggakusumadinata menyebutnya dengan istilah Pra Lagam (banyak lagamnya). Contoh:
3.4. Sekar Catur
Lagu yang dibawakan secara berdialog disebut Sekar Catur (Sekar=nyanyian, Catur=ceritera, obrolan). Bentuk seperti ini sangat banyak sekali. Pada lagam sindenan, lagam kawih, lagu sekar catur ini sangat dikenal sekali. Begitu pula pada bentuk jenaka Sunda. Para kanca Indihiang pimpinan Mang Koko pada tahun empat puluhan menjadi pelopor dalam pengembangan bentuk lagu-lagu sekar catur.
Bentuk lagu Sekar Catur ini biasanya mempunyai tema masalah. Masalahnya dapat diambil dari kehidupan sehari-hari, problem suami istri, percintaan atau kritikan-kritikan terhadap kepincangan yang ada di masyarakat. Ungkapan lagu yang dinyanyikan dalam tekniknya mempergunakan jalur Sekar Biantara, artinya nyanyian yang dinyanyikan dalam lagam bicara, jadi fungsi pemanis-pemanis lagu tidak terlalu menonjol karena beberapa hal kejelasan kata-kata dalam lagu sangat penting sekali.
Contoh tulisan lagu Sekar Catur:
3.5. Drama Suara
Ceritera yang dibawakan dengan media suara sebagai penghantarnya. Drama Suara ini lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Gending Karesmen. Berbeda dengan bentuk lagu sekar catur, maka dalam bentuk drama swara sekar atau vocal secara langsung mendominasi ungkapan yang akan diketengahkan kepada penontonnya.
Dalam drama suara, sekar mempergunakan berbagai laras. Transposisi dan modulasi sangat kaya sekali dalam bentuk ini. Juru Sekar dituntut kemampuan yang lebih sebagai pemain drama suara. Selain mempunyai suara yang baik, dituntut pula kemampuan “pemeranan” (gerak, acting, menari, menghapal naskah, dan sebagainya).
Semua bentuk sekar dapat diketengahkan dalam bentuk drama suara, baik tembang, kawih, ketuk tilu maupun sindenan. Tetapi ada pula drama suara yang hanya mengetengahkan salah satu bentuk sekaran saja, misalnya drama suara dalam media tembang. Namun ada beberapa kekurangan yang harus diperhatikan apabila drama suara hanya mengambil bentuk tembang saja yaitu:
(1) Lagam dialog yang terlalu mementingkan mamanis, sehingga berakibat kurang terarah pada tema ceritra atau ungkapan dialog itu sendiri untuk diketahui maksudnya.
(2) Takaran jiwa tembang yang telah mengendap secara khusus. Dalam hal ini sering terjadi pemerkosaan terhadap jiwa lagu dari tembang itu sendiri karena kebutuhan dialog yang diungkapkan.
(3) Surupan yang terlalu rendah dan motif lagu yang monoton kurang memberi suasana terhadap jalur ceritera yang diketengahkan. Hal ini akan terasa pada nafas-nafas kemarahan yang terkadang kurang terjangkau oleh tembang.
Drama suara yang baik sebenarnya cenderung untuk disanggi secara khusus. Apabila akan menambahkan beberapa lagu tradisi atau bentuk sekar lainnya, alangkah baiknya apabila jiwa lagu itu disesuaikan dengan kata-katanya. Drama suara merupakan cirri khas dari karawitan daerah Sunda (Jawa Barat)

Karawitan Sekar Gending

Karawitan Sekar Gending adalah salah satu bentuk kesenian yang dalam penyajiannya terdapat unsur gabungan antara karawitan sekar dan gending
Pengertian dari karawitan itu sendiri secara khusus dapat diartikan sebagai Seni Musik Tradisional yang terdapat di seluruh wilayah etnik Indonesia.
Penyebaran seni karawitan terdapa di Pulau Jawa, Sumatra, Madura dan Bali. Karawitan memainkan alat musik bernama gamelan, sebagai contoh Gamelan Pelog/Salendro, Gamelan Cirebon, Gamelan Degung dan Gamelan Cianjuran (untuk bentuk sajian ensemble/kelompok). Dalam prakteknya, karawitan biasa digunakan untuk mengiringi tarian dan nyanyian, tapi tidak tertutup kemungkinan untuk mengadakan pementasan musik saja.

By SMK SENI BUDAYA TASIKMALAYA

MUSIK TRADISIONAL








MUSIK TRADISIONAL
Musik tradisional adalah musik atau seni suara yang berasal dari berbagai daerah, dalam hal ini di Indonesia. Musik tradisional adalah musik yang lahir dan berkembang di suatu daerah tertentu dan diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Musik ini menggunakan bahasa, gaya, dan tradisi khas daerah setempat.
Musik Daerah/Tradisional
Musik daerah atau musik tradisional adalah musik yang lahir dan berkembang di daerah- daerah di seluruh Indonesia. Ciri khas pada jenis musik ini teletak pada isi lagu dan instrumen (alat musiknya). Musik tradisi memiliki karakteristik khas, yakni syair dan melodinya menggunakan bahasa dan gaya daerah setempat. Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari ribuan pulau yang terbentang dari Papua hingga Aceh. Dari sekian banyaknya pulau beserta dengan masyarakatnya tersebut lahir, tumbuh dan berkembang. Seni tradisi yang merupakan identitas, jati diri, media ekspresi dari masyarakat pendukungnya.
Hampir diseluruh wilayah Indonesia mempunyai seni musik tradisional yang khas. Keunikan tersebut bisa dilihat dari teknik permainannya, penyajiannya maupun bentuk/organologi instrumen musiknya. Hampir seluruh seni tradisional Indonesia mempunyai semangat kolektivitas yang tinggi sehingga dapat dikenali karakter khas orang/masyarakat Indonesia, yaitu ramah dan sopan. Namun berhubung dengan perjalanan waktu dan semakin ditinggalkanya spirit dari seni tradisi tersebut, karekter kita semakin berubah dari sifat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan menjadi individual/egoistis. begitu banyaknya seni tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia, maka untuk lebih mudah mengenalinya dapat di golongkan menjadi beberapa kelompok yaitu alat musik/instrumen perkusi, petik dan gesek.
A. Pengertian Musik Tradisional Menurut Para Ahli
Sebelum masuk pada pengertian musik tradisional mari kita lihat dulu asal usul kata musik tradisional. Musik dapat didefinisikan sebagai sebuah cetusan ekspresi atau pikiran yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi. Asal kata musik berasal dari bahasa Yunani yaitu mousike yang diambil dari nama dewa dalam mitologi Yunani kuno yaitu Mousa yakni yang memimpin seni dan ilmu (Ensiklopedi National Indonesia, 1990 : 413). Tradisional berasa dari kata Traditio (Latin) yang berarti kebiasaan yang sifatnya turun temurun. Kata tradisional itu sendiri adalah sifat yang berarti berpegang teguh terhadap kebiasaan yang turun temurun (Salim dan Salim, 1991 : 1636).
B. Pengertian Tradisi Menurut Ahli
Sedangkan pengertian tradisi berasal dari kata tradisi yang berarti sesuatu yang turun temurun (adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran) dari nenek moyang. Dengan kata lain, pengertian tradisi adalah kebiasaan yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya secara turun temurun.
Dipertegas lagi oleh Esten (1993 : 11) bahwa pengertian tradisi adalah kebiasaan turun – temurun sekelompok masyarakat berdasarkan nilai – nilai budaya masyarakat yang bersangkutan. (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 91990 : 4141) mendefinisikan tradisi sebagai kebiasaan yang diwariskan dari suatu generasi ke generasi berikutnya secara turun temurun, Kebiasaan yang diwariskan mencakup berbagai nilai budaya, meliputi adat istiadat, sistem kemasyarakatan, sisstem pengetahuan, bahasa, kesenian dan sistem kepercayan.
C. Pengertian Tradisional
Kesenian tradisional pada umumnya juga tidak dapat diketahui secara pasti kapan dan siapa penciptanya. Hal ini dikarenakan kesenian tradisional atau kesenian rakyat bukan merupakan hasil kreatifitas individu, tetapi tercipta secara anonim bersama kreatifitas masyarakat yang mendukungnya (Kayam : 60).
Pengertian tradisional menurut (Sedyawati, 1992 : 26) dalam perkembangan seni pertunjukan, adalah proses penciptaan seni di dalam kehidupan masyarakat yang menghubungkan subjek manusia itu sendiri terhadap kondisi lingkungan. Pencipta seni tradisional biasanya terpengaruh oleh keadaan sosial budaya masyarakat di suatu tempat.
D. Pengertian Musik Tradisional
Menurut Sedyawati (1992 : 23) pengertian musik tradisional adalah musik yang digunakan sebagai perwujudan dan nilai budaya yang sesuai dengan tradisi. Musik tradisional menurutTumbijo (1977 : 13) adalah seni budaya yang sejak lama turun temurun telah hidup dan berkembang pada daerah tertentu. Maka dapat dijelaskan bahwa musik tradisional adalah musik masyarakat yang diwariskan secara turun – temurun dan berkelanjutan pada masyarakat suatu daerah.
Pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa pengertian musik tradisional adalah cetusan ekspresi perasaan melalui nada atau suara dari alat musik sehingga mengandung lagu atau irama yang diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Menurut Purba (2007:2), musik tradisional tidak berarti bahwa suatu musik dan berbagai unsur-unsur di dalamnya bersifat kolot, kuno atau ketinggalan zaman.
Namun, musik tradisional adalah musik yang bersifat khas dan mencerminkan kebudayaan suatu etnis atau masyarakat. Musik tradisional, baik itu kumpulan komposisi, struktur, idiom dan instrumentasinya serta gaya maupun elemen-elemen dasar komposisinya, seperti ritme, melodi, modus atau tangga nada, tidak diambil dari repertoire atau sistem musikal yang berasal dari luar kebudayaan suatu masyarakat pemilik musik yang dimaksud.
Pengertian Musik tradisional adalah musik yang berakar pada tradisi masyarakat tertentu, maka keberlangsungannya dalam konteks masa kini merupakan upaya pewarisan secara turun temurun masyarakat sebelumnya bagi masyarakat selanjutnya. Tradisi dalam kebudayaan adalah suatu struktur kreativitas yang sudah ada sebelumnya.
Dalam tradisi ini juga mengandung arti keberadaan suatu kebudayaan yang tidak terpisahkan dengan masa lalu. Tradisi adalah sesuatu yang menghadirkan masa lalu pada era sekarang. Sehingga kebudayaan suatu masyarakat dalam konsepsi tradisi merupakan kontinuitas masa lalu bagi masa kini dan akan datang (Purba, 2007:2). Suatu musik tradisional di dalamnya terdapat gambaran mentalitas, prinsip-prinsip ekspresif, dan nilai-nilai estetik suatu jenis masyarakat.
Musik Modern
Modern adanya sentuhan teknologi yang dianggap lebih beradab dan lebih maju, sedangkan tradisional lebih terikat akan fungsional dalam social masyarakat yang mendukung sebuah kebudayaan tersebut. Tetapi apabila kita membandingkan dua buah instrumen yang hampir bersamaan bentuknya yang kita kategorikan keduanya dalam dua kelompok yang berlawanan, yaitu modern dan tradisional, misalnya taganing (drum-chime) Batak Toba dengan Bongo. Kalau kita berbicara masalah bahan secara organologi barangkali ada beberapa perbedaan bahan dari yang alami dengan hasil mesin pengolah bahan. Tetapi segi teknologi barangkali belum begitu jauh berbeda karena kedua-duanya dapat di tune karena taganing juga adalah melodis. Barangkali accordeon dan biola yang biasa dimainkan dalam kesenian Ronggeng Melayu Sumatera Timur dibandingkan dengan pemain accordeon Prancis, dimana Ronggeng Melayu biasanya disebut tradisional dan berkaitan di Prancis dikategorikan sebagai alat musik modern, bagaimana kita memandang hal ini ? Mungkin alat-alat musik elektronik seperti gitar listrik dengan kemungkinan berbagai macam efek dibandingkan dengan kacapi Sunda yang juga sudah mengenal efek dan elektrik, tapi masih dalam tataran tradisional barangkali merupakan contoh yang lain bagaimana kita mengkategorikan alat musik tradisional dengan modern. Padahal semuanya menjalani satu proses masing-masing dalam kata kunci perubahan tadi. Triangle dan Hesek adalah sama-sama pecussion yang bahan dasarnya juga barangkali hampir sama.
Secara umum, musik tradisional memiliki ciri khas sebagai berikut :
Sumber : Seni Musik SMA 1 dan 2 ( penerbit : erlangga)
Dipelajari Secara Lisan
Sebagai bagian dari kebudayaan, musik daerah diwariskan secara turun temurun. Proses pewarisan musik ini biasanya dilakukan secara lisan. Generasi tua mengajarkan komposisi musik daerah kepada generasi muda. Anak-anak itu akan meneruskannya pula kepada anak-anak mereka. Demikian seterusnya, sehingga tradisi musik tersebut tetap dikenal oleh masyarakat. Atau orang yang telah mahir memainkan instrumen musiknya atau terampil menyanyikan lagu-lagu daerah akan memberikan contoh kepada pengikutnya untuk kemudian ditirukan. Orang yang belajar harus menghapalkannya tanpa ada catatan. Dengan terus berlatih, ia akan menguasai semakin banyak lagu dan teknik.
Tidak Memiliki Notasi
Proses pembelajaran yang berlangsung secara lisan membuat partitur (naskah musik) menjadi suatu hal yang tidak terlalu penting. Oleh karena itu, sangat lazim jika musik tradisional daerah tidak memiliki partitur notasi tertentu. Walau demikian, ada beberapa daerah yang memiliki notasi musik seperti di Pulau Jawa dan Bali. Namun, notasi ini tetap tidak memiliki partitur, tapi dipelajari secara lisan. Sebenarnya, hal ini dikemudian hari dapat menimbulkan masalah. Jika orang-orang yang belajar tentang kesenian itu semakin sedikit atau malah tidak ada, kesenian tersebut bisa punah. Tanpa catatan tertulis, orang lain tidak bisa melestarikannya.
Bersifat Informal
Musik Tradisional sangat lazim digunakan sebagai suatu bentuk ekspresi masyarakat. Musik ini banyak digunakan dalam kegiatan rakyat biasa sehingga bersifat lebih sederhana dan informal / santai. Hanya jika digunakan di kalangan istana saja jenis musik ini menjadi lebih kompleks dan formal / serius.
Pemainnya Tidak Terspesialisasi
Sistem yang dikembangkan dalam proses belajar instrumen musik daerah biasanya bersifat generalisasi. Pemain musik tradisional belajar untuk dapat memainkan setiap instrumen yang ada dalam suatu jenis musik daerah. Mereka akan belajar memainkan instrumen mulai dari yang termudah sampai yang terumit. Jadi, pemain musik daerah yang sudah mahir mempunyai kemampuan untuk memainkan semua instrumen musik tersebut.
Syair Lagu Berbahasa Daerah
Selain syair yang menggunakan bahasa daerah, musik tradisional juga menggunakan alunan melodi dan irama yang menunjukkan ciri khas kedaerahan. Misalnya, syair lagu dari daerah Jawa . Alunan melodinya pun menggunakan nada-nada dari tangga nada pelog dan slendro. Contoh lainnya, syair lagu dari daerah Jakarta umumnya berbahasa Betawi dan alunan melodinya tersusun atas tangga-tangga nada diatonis.
Lebih Melibatkan Alat Musik Daerah
Umumnya, permainan musik dalam lagu-lagu daerah di Indonesia dibawakan dengan alat-alat musik khas dari daerah-daerah itu sendiri. Contoh, lagu -lagu daerah Jawa umumnya diiringi oleh alat musik khas Jawa, yaitu gamelan. Contoh lainnya, lagu-lagu daerah Sulawesi Utara umumnya diiringi alat musik khas Sulawesi Utara, yaitu Kulintang.
Merupakan Bagian dari Budaya Masyarakat
Musik tradisional merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, setiap ciri kebudayaan masyarakat Sang Penciptanya pasti sudah melekat erat didalamnya. Musik daerah merupakan salah satu bentuk gambaran kebudayaan suatu daerah, selain tarian, pakaian, dan adat kebiasaan lainnya. Melalui musik daerah, kita dapat mengenali daerah asal musik itu dan ciri budaya masyarakatnya. Misalnya : ketika kita mendengarkan permainan gamelan Jawa kita akan langsung mengetahui kalau itu adalah musik daerah Jawa Tengah, bukan Sunda. Kita dapat mengenalinya lewat karakter permainan gamelan terutama lewat suara, irama, dan lagunya. Karakter inilah yang menggambarkan ciri khas adat Jawa. Salah satu contohnya adalah irama musik gamelan Jawa yang umumnya terdengar melantun halus dan lembut. Hal ini menunjukkan budaya orang Jawa yang menekankan tutur kata yang halus, ramah, dan sopan.
Dari pengertian dan ciri-ciri musik tradisional tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa musik tradisi cenderung bersifat eksklusif. Artinya, musik ini tidak dapat dinikmati secara luas oleh masyarakat di luar kebudayaan yang melahirkan musik tersebut. Komposisi, fungsi, nilai, dan karakteristik syair musik tradisi suatu masyarakat sangatlah khas sehingga tidak mudah untuk dinikmati atau diterima sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat lain. Oleh karena itu, musiktradisi cenderung kurang dapat berkembang sehingga musik ini sering disebut sebagai musik tradisional.
Musik tradisional adalah musik yang hidup di masyarakat secara turun temurun, dipertahankan sebagai sarana hiburan. Tiga komponen yang saling mempengaruhi di antaranya Seniman, musik itu sendiri dan masyarakat penikmatnya.
Sedangkan maksudnya untuk memper-satukan persepsi antara pemikiran seniman dan masyarakat tentang usaha bersama dalam mengembangkan dan melestarikan seni musik tradisional. Menjadikan musik trasidional sebagai perbendaharaan seni di masyarakat sehingga musik tradisional lebih menyentuh pada sektor komersial umum.
Musik tradisional adalah musik yang hidup di masyarakat secara turun temurun, dipertahankan sebagai sarana hiburan. Tiga komponen yang saling mempengaruhi di antaranya Seniman, musik itu sendiri dan masyarakat penikmatnya. Sedangkan maksudnya untuk memper-satukan persepsi antara pemikiran seniman dan masyarakat tentang usaha bersama dalam mengembangkan dan melestarikan seni musik tradisional. Menjadikan musik trasidional sebagai perbendaharaan seni di masyarakat sehingga musik tradisional lebih menyentuh pada sektor komersial umum.
Pengertian Musik Tradisional atau Musik Nusantara
Musik Nusantara adalah seluruh musik yang berkembang di Nusantara ini, yang menunjukkan atau menonjolkan ciri keindonesiaan, baik dalam bahasa maupun gaya melodinya. Musik Nusantara terdiri dari musik tradisi daerah, musik keroncong, musik dangdut, musik langgam, musik gambus, musik perjuangan, dan musik pop.
Sejarah Musik Nusantara terdapat tahapan-tahapan perkembangan musik Indonesia (nusantara). tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
Masa sebelum masuknya pengaruh Hindu- Buddha
Pada masa ini, musik dipakai sebagai bagian dari kegiatan ritual masyarakat. Dalam beberapa kelompok, bunyi- bunyian yang dihasilkan oleh anggota badan atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Instrumen atau alat musik yang digunakan umumnya berasal dari alam sekitarnya.
Masa setelah masuknya pengaruh Hindu- Buddha
Pada masa ini, berkembanglah musik- musik istana (khususnya di Jawa). saat itu, musik tidak hanya dipakai sebagai bagian ritual saja, tetapi juga dalam kegiatan- kegiatan keistanaan (sebagai sarana hiburan para tamu raja). Musik istana yang berkembang adalah musik gamelan. Musik gamelan terdiri dari 5 kelompok, yaitu kelompok balungan, kelompok blimbingan, kelompok pencon, kelompok kendang,dan kelompok pelengkap.
Masa setelah masuknya pengaruh Islam
Selain berdagang dan menyebarkan agama islam, para pedagang arab juga memperkenalkan musik mereka. Alat musik mereka berupa gambus & rebana. dari proses itulah muncul orkes- orkes gambus di nusantara (Indonesia) hingga saat ini.
Masa Kolonialisme
Masuknya bangsa Barat ke Indonesia juga membawa pengaruh besar dalam perkembangan musik Indonesia. Para pendatang ini memperkenalkan berbagai alat musik dari negeri mereka, misalnya biola, selo (cello), gitar, seruling (flute), dan ukulele. Mereka pun membawa sistem solmisasi dalam berbagai karya lagu. Itulah masa- masa perkembangan musik modern Indonesia. Saat itu,para musisi Indonesia menciptakan sajian musik yang merupakan perpaduan musik barat dan musik Indonesia . Sajian musik itu dikenal sebagai musik keroncong.
Masa Kini
Seiring dengan masuknya media elektronik ke Indonesia,masukpula berbagai jenis musik barat, seperti pop, jazz, blues, rock, dan R&B. demikian pula dengan musik- musik negeri India yang banyak dibawa melalui film- filmnya. Dari perkembangan ini, terjadi perpaduan antara musik asing dengan musik Indonesia. Musik India mengalami perpaduan dengan musik melayu sehingga menghasilkan jenis musik dangdut. Maka, muncul pula berbagai musisi Indonesia yang beraliran pop, jazz, blues, rock, dan R&B. Berkembang pula jenis musik yang memadukan unsur kedaerahan Indonesia dengan unsur musik barat, terutama alat- alat musiknya. Jenis musik ini sering disebut musik etnis.
Fungsi Musik Nusantara
Secara umum, fungsi musik bagi masyarakat Indonesia antara lain sebagai sarana atau media upacara ritual, media hiburan, media ekspresi diri, media komunikasi, pengiring tari, dan sarana ekonomi.
Sarana upacara budaya (ritual)
Musik di Indonesia, biasanya berkaitan erat dengan upacara- upacara kematian, perkawinan, kelahiran, serta upacara keagamaan dan kenegaraan. Di beberapa daerah, bunyi yang dihasilkan oleh instrumen atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Oleh karena itu, instrumen seperti itu dipakai sebagai sarana kegiatan adat masyarakat.
Sarana Hiburan
Dalam hal ini, musik merupakan salah satu cara untuk menghilangkan kejenuhan akibat rutinitas harian, serta sebagai sarana rekreasi dan ajang pertemuan dengan warga lainnya. Umumnya masyarakat Indonesia sangat antusias dalam menonton pagelaran musik. Jika ada perunjukan musik di daerah mereka, mereka akan berbondong- bondongmendatangi tempat pertunjukan untuk menonton.
Sarana Ekspresi Diri
Bagi para seniman (baik pencipta lagu maupun pemain musik), musik adalah media untuk mengekspresikan diri mereka. Melalui musik, mereka mengaktualisasikan potensi dirinya. Melalui musik pula, mereka mengungkapkan perasaan, pikiran, gagasan, dan cita- cita tentang diri, masyarakat, Tuhan, dan dunia.
Sarana Komunikasi
Di beberapa tempat di Indonesia, bunyi- bunyi tertentu yang memiliki arti tertentu bagi anggota kelompok masyarakatnya. Umumnya, bunyi- bunyian itu memiliki pola ritme tertentu, dan menjadi tanda bagi anggota masyarakatnya atas suatu peristiwa atau kegiatan. Alat yang umum digunakan dalam masyarakat Indonesia adalah kentongan, bedug di masjid, dan lonceng di gereja.
Pengiring Tarian
Di berbagai daerah di Indonesia, bunyi- bunyian atau musik diciptakan oleh masyarakat untuk mengiringi tarian- tarian daerah. Oleh sebab itu, kebanyakan tarian daerah di Indonesia hanya bisa diiringi olehmusik daerahnya sendiri. Selain musik daerah, musik- musik pop dan dangdut juga dipakai untuk mengiringi tarian- tarian modern, seperti dansa, poco- poco, dan sebagainya.
Sarana Ekonomi
Bagi para musisi dan artis professional, musik tidak hanya sekadar berfungsi sebagai media ekspresi dan aktualisasi diri. Musik juga merupakan sumber penghasilan. Mereka merekam hasil karya mereka dalam bentuk pita kaset dan cakram padat (Compact Disk/CD) serta menjualnya ke pasaran. Dari hasil penjualannya ini mereka mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain dalam media kaset dan CD. Para musisi juga melakukan pertunjukan yang dipungut biaya. Pertunjukan tidak hanya dilakukan di suatu tempat, tetapi juga bisa dilakukan di daerah- daerah lain di Indonesia ataupun di luar Indonesia.
Ragam Musik Nusantara
Ragam musik di Indonesia dapat dibedakan atas musik tradisi, musik keroncong, musik dangdut, musik perjuangan, dan musik pop.
Musik Daerah/Tradisional
Musik daerah atau musik tradisional adalah musik yang lahir dan berkembang di daerah- daerah di seluruh Indonesia. Ciri khas pada jenis musik ini teletak pada isi lagu dan instrumen (alat musiknya). Musik tradisi memiliki karakteristik khas, yakni syair dan melodinya menggunakan bahasa dan gaya daerah setempat. Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari ribuan pulau yang terbentang dari Papua hingga Aceh. Dari sekian banyaknya pulau beserta dengan masyarakatnya tersebut lahir, tumbuh dan berkembang. Seni tradisi yang merupakan identitas, jati diri, media ekspresi dari masyarakat pendukungnya.
Hampir diseluruh wilayah Indonesia mempunyai seni musik tradisional yang khas. Keunikan tersebut bisa dilihat dari teknik permainannya, penyajiannya maupun bentuk/organologi instrumen musiknya. Hampir seluruh seni tradisional Indonesia mempunyai semangat kolektivitas yang tinggi sehingga dapat dikenali karakter khas orang/masyarakat Indonesia, yaitu ramah dan sopan. Namun berhubung dengan perjalanan waktu dan semakin ditinggalkanya spirit dari seni tradisi tersebut, karekter kita semakin berubah dari sifat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan menjadi individual/egoistis. begitu banyaknya seni tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia, maka untuk lebih mudah mengenalinya dapat di golongkan menjadi beberapa kelompok yaitu alat musik/instrumen perkusi, petik dan gesek.
Instrumen Musik Perkusi
Perkusi adalah sebutan bagi semua instrumen musik yang teknik permainannya di pukul, baik menggunakan tangan maupun stik. Dalam hal ini beberapa instrumen musik yang tergolong dalam alat musik perkusi adalah, Gamelan, Arumba, Kendang, kolintang, tifa, talempong, rebana, bedug, jimbe dan lain sebagainya.
Gamelan
Gamelan adalah alat musik yang terbuat dari bahan logam. Gamelan berasal dari daerah Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur juga di Jawa Barat yang biasa disebut dengan Degung dan di Bali (Gamelan Bali). Satu perangkat gamelan terdiri dari instrumen saron, demung, gong, kenong, slenthem, bonang dan beberapa instrumen lainnya. Gamelan mempunyai nada pentatonis/pentatonic.
Talempong
Talempong adalah seni musik tradisi dari Minangkabau/Sumatera Barat. Talempong adalah alat musik bernada diatonis (do, re, mi, fa, sol, la, ti, do)
Kolintang
Kolintang atau kulintang berasal dari daerah Minahasa/ Sulawesi Utara. Kolintang mempunyai tangga nada diatonis/diatonic yang semua instrumennya terdiri dari bas, melodis dan ritmis. Bahan dasar untuk membuat kulintang adalah kayu. Cara untuk memainkan alat musik ini di pukul dengan menggunakan stik.
Arumba
Arumba (alunan rumpun bambu) berasal dari daerah Jawa Barat. Arumba adalah alat musik yang terbuat dari bhan bambu yang di mainkan dengan melodis dan ritmis. Pada awalnya arumba menggunakan tangga nada pentatonis namun dalam perkembangannya menggunakan tangga nada diatonis.
Kendang
Kendang adalah sejenis alat musik perkusi yang membrannya berasal dari kulit hewan. Kendang atau gendang dapat dijumpai di banyak wilayah Indonesia. Di Jawa barat kendang mempunyai peraanan penting dalam tarian Jaipong. Di Jawa Tengah, Bali, DI Yogyakarta, Jawa timur kendang selalu digunakan dalam permainan gamelan baik untuk mengiringi, tari, wayang, ketoprak. Tifa adalah alat musik sejenis kendang yang dapat di jumpai di daerah Papua, Maluku dan Nias. Rebana adalah jenis gendang yang ukuran bervariasai dari yang kecil hingga besar. Rebana adalah alat musik yang biasa di gunakan dalam kesenian yang bernafaskan Islam. Rebana dapat di jumpai hampir di sebagian wilayah Indonesia.
Instrumen Musik Petik
Kecapi adalah alat musik petik yang berasal dari daerah Jawa Barat. Bentuk organologi kecapi adalah sebuah kotak kayu yang diatasnya berjajar dawai/senar, kotak kayu tersebut berguna sebagai resonatornya. Alat musik yang menyerupai Kecapi adalah siter dari daerah Jawa tengah.
Sasando adalah alat musik petik berasal dari daerah Nusa tenggara timur (Timor) kecapi ini terbuat dari bambu dengan diberi dawai/senar sedangkan untuk resonasinya di buat dari anyaman daun lontar yang mempunyai bentuk setengah bulatan.
Sampek (sampe/sapek) adalah alat musik yang bentuknya menyerupai gitar berasal dari daerah kalimantan. Alat musik ini terbuat dari bahan kayu yang di penuhi dengan ornamen/ukiran yang indah. Alat musik petik lainnya yang bentuknya menyerupai sampek adalah Hapetan daerah Tapanuli, Jungga dari daerah Sulawesi Selatan.
Instrumen Musik Gesek
Instrumen musik tradisional yang menggunakan teknik permainan digesek adalah Rebab. Rebab berasal dari daerah Jawa barat, Jawa Tengah, Jakarta (kesenian betawi). Rebabb terbuat dari bahan kayu dan resonatornya ditutup dengan kulit tipis, mempunyai dua buah senar/dawai dan mempunyai tangga nada pentatonis. Instrumen musik tradisional lainnya yang mempunyai bentuk seperti rebab adalah Ohyan yang resonatornya terbuat dari tempurung kelapa, rebab jenis ini dapat dijumpai di bali, Jawa dan kalimantan selatan.
Instrumen Musik Tiup
Suling adalah instrumen musik tiup yang terbuat dari bambu. hampir semua daerah di indonesia dapat dijumpai alat musik ini. Saluang adalah alat musik tiup dari Sumatera Barat, serunai dapat dijumpai di sumatera utara, Kalimantan. Suling Lembang berasal dari daerah Toraja yang mempunyai panjang antara 40-100cm dengan garis tengah 2cm.
Tarompet, serompet, selompret adalah jenis alat musik tiup yang mempunyai 4-6 lubang nada dan bagian untuk meniupnya berbentuk corong. Seni musik tradisi yang menggunakan alat musik seperti ini adalah kesenian rakyat Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, Papua.
Musik Keroncong
Secara umum, musik keroncong memiliki harmoni musik dan improvisasi yang sangat terbatas. Umumnya lagu- lagunya memiliki bentuk dan susunan yang sama. Syair- syairnya terdiri atas beberapa kalimat (umumnya 7 kalimat) yang diselingi dengan permainan alat musik.
Musik Dangdut
Musik dangdut merupakan hasil perpaduan antara musik India dengan musik Melayu, musik ini kemudian berkembang dan menampilkan cirinya yang khas dan berbeda dengan musik akarnya. Ciri khas musik ini terletak pada pukulan alat musik tabla (sejenis alat musik perkusi yang menghasilkan bunyi ndut). Selain itu, iramanya ringan, sehingga mendorong penyanyi dan pendengarnya untuk mengerakkan anggota badannya. Lagunya pun mudah dicerna, sehingga tidak susah untuk diterima masyarakat.
Musik Perjuangan
Musik ini lahir dari kondisi masyarakat Indonesia yang sedang terjajah oleh bangsa asing. Dengan menggunakan musik, para pejuang berusaha mengobarkan semangat persatuan untuk bangkit melawan penjajah. Syair- syair yang diciptakan pada masa itu, umumnya berisi ajakan untuk berjuang, ajakan untui berkorban demi tanah air, dan sebagainya. Irama musiknya pun dibuat cepat dan semangat, serta diakhiri dengan semarak.
Musik Populer (pop)
Musik ini memiliki ciri, antara lain penggunaan ritme yang terasa bebas dengan mengutamakan permainan drum dan gitar bas. Komposisi melodinyajuga mudah dicerna. Biasanya, para musisinya juga menambahkan variasi gaya yang beraneka ragam untuk menambah daya tarik dan penghayatan pendengar atau penontonnya. Musik pop dibedakan menjadi musik pop anak- anak dan musik pop dewasa.
Kesimpulan :
Musik nusantara adalah seluruh musik yang berkembang di nusantara, yang menunjukkan ciri keindonesiaan. Musik memiliki fungsi sebagai sarana atau media ritual, media hiburan media ekspresi diri, media komunikasi, pengiring tari, dan sarana ekonomi. Ragam musik nusantara yang berkembang dapat dibedakan menjadi musik tradisi, musik keroncong, musik dangdut, musik perjuangan, dan musik pop

By SMK SENI BUDAYA TASIKMALAYA